Udah 20 tahun sejak pertama kali Adidas memelopori seri Predator; salahsatu sepatu yg menjadi tonggak krusial pada teknologi sepatu sepakbola, pun 1 yang terpopuler dalam jagat lapangan hijau. Adidas mengakhiri peringatan 2 dekade predator dgn meluncurkan anak ter-gres: Pemangsa Instinct Hunt.test1
Predator, tidak sanggup dipungkiri, adalah satu diantara titik penting di kemajuan teknologi sepatu sepakbola. Desainnya betul-betul terhitung agak biasa, namun demikian berdasar pada teknologi sepatu ini bisa dibilang sepatu tercanggih kala mula-mula kali diluncurkan.
Perjalanan Predator diawali sama seorang mantan pemain Liverpool, Craig Johnston. Tamat purna karya, Johnston yg mengantarkan, ‘Si Merah’ mengait lima gelar Liga Inggris balik di tanah kelahiran orang-orang tuanya, yakni Australia. Di sana, dia menghabiskan saat utk melatih anak-anak.
Katanya untuk 1 bagian latihan, Johnston sempat memohon budak asuhnya untuk menendang bola dengan makin baik, semakin teratur, serta bertenaga. Tapi anak-anak itu kesulitan, lalu kemudian berkata di Johnston jika sepatunya amat licin. Sebabnya tidak lain soalnya sepatu yg digunakan anak-anak itu terbuat dari kulit plus kondisi ketika itu sedang hujan.
Saat itulah Johnston miliki ide utk memungut satu bat pingpong, memungut struktur karetnya, serta menempelkannya pada sepatunya. Sepatu eksperimennya tersebut lalu kemudian saksama diboyong keluar dan dicoba guna mendepak bola. Hasilnya? Voila! Karet di sepatu menghasilkan makin gampang menurunkan kekuatan tertentu kala mendepak bola, & tentu aja sepatunya sekarang siap makin ‘menggigit’ bola.
Atas sepatu prototipenya itulah Johsnton dan kemudian menumbuhkan ide kian jauh, menggabungkan karet dengan kulit kanguru yang ringan oleh fleksibel. Belakangan Johnston juga memberi ide lainnya tentang teknologi sol Traxion yg sampai sekarang dimanfaatkan Adidas.
Walaupun demikian, sepatu prototipe Johnston awalnya tidak diterima sama sejumlah perusahaan ibarat judi poker Nike serta Reebok, terutama Adidas sendiri. Tapi, sehabis mampu merekam Franz Beckenbauer, Karl-Heinz Rummenigge, serta Paul Breitner memakai sepatunya dalam kondisi salju, Johnston mampu meyakinkan Adidas dalam membeli hak design prototipe ini & memperoleh 2% dr seluruh penjualan. Disebut-sebut butuh waktu hingga lima tahun guna memastikan bahwa idenya hendak sukses.
Mulai kala ini, sepatu prototipe Johnston berubah sebagai Predator juga memerankan bagian dr cerita sepakbola. Predator pun terus berevolusi dengan bermacam pengembangan yg dikerjakan oleh Adidas. Tersimpan setidaknya tersedia 14 seri predator yang lahir selanjutnya.
Membuntuti sukses kelahiran sang ‘kakak sulung’, Predator Rapier lahir pada 1995. Adidas menggalang balik wujud karet di sepatu serta makin banyak menyelenggarakan kulit kanguru demi kepuasan. Tahun berikutnya lahirlah Predator Touch. Lantas berderet-deret Predator Accelerator (1998), Predator Presicion (2000), Predator Mania (2002), Predator Pulse (2004), Predator Absolute (2006), Predator PowerSwerve (2007), Predator X (2009), Predator RX (2010), Adipower Predator (2011), Predator LZ (2012), juga yang terakhir yaitu seri Predator Instinct (2014)